Tradisi & Kegagapan Bergerak
Mari kita memulai dengan menyeruput kopi sebagai deklir
bahwa di situs Ngemper! tempat yang seharusnya menjadi wadah nyantai sementara
dari hiruk pikuk perkara dunia. Setelahnya, diikuti dengan meng-amini bahwa
gerakan mahasiswa tengah mengalami kemunduran yang signifikan.
Ada dua point yang ingin saya letakkan untuk diperhatikan
bersama, sebelum si empunya warung meminta saya bergegas karena sudah semakin
sore. Pertama, Persoalan genting yang tengah dihadapi oleh gerakan mahasiswa
(GM) hari ini, yakni perkara budaya dan tradisi sejati. Tidak bisa dinafikan
bahwa gerakan mahasiswa telah kehilangan nature culture atau budaya alamiahnya.
Gerakan mahasiswa yang identik dengan keterlibatannya dalam gerakan-gerakan dan
dekat dengan permasalahan-permasalahan elemen diluar dirinya-yakni rakyat-tak
lagi terlihat.
Kedua, gerakan mahasiswa mengalami kegamangan dalam
mengusung konsep yang kemudian berimbas pada kegagapan dalam bertindak. Tetapi
perlu diketahui bahwa sebenarnya kedua hal tersebut mempunyai keterikatan yang
kuat, karena kegagapan atau pun kecakapan dalam bergerak jelas dipengaruhi oleh
budaya dan tradisi yang berkembangan didalam gerakan mahasiswa itu sendiri,
begitu pun sebaliknya dimana budaya dan tradisi progresif hanya akan terbangun
ketika gerakan mahasiswa mampu bergerak secara massif dan progress.
“bingung saya Dam”
celetuk ibu kantin yang diam-diam ada dibelakang saya, khidmat membaca tulisan
ini. Dua hal itu seperti dua sisi uang koin, saling berkaitan dan tidak
terpisahkan. Tradisi yang baik akan melahirkan gerak yang baik, begitupun jika
geraknya terus membaik akan menjaga tradisi dan budaya gerakan yang tetap baik
dan terperbaharui. Olehnya tradisi dan gerak harus dikerjakan secara berbarengan
dan berkelanjutan.
Lalu seperti apa tradisi gerakan mahasiswa yang sejati ?
menurut Arif Bambani dalam tulisannya Mana Tradisi Gerakan Mahasiswa Yang
Sejati, tersimpulkan bahwa gerakan mahasiswa adalah gerakan yang bertujuan
untuk mempercepat sebuah perubahan, tidak menjadi agen perubahan seperti yang
digaungkan elemen-elemen cipayung, tetapi bagaimana kemudian mamapu membaca
situasi obyektif atau basis material hingga melahirkan sikap gerak sebagai sisi
subyektifnya.
Pada sisi obyektifnya, ada dua tugas berat yang dihadapi
mahasiswa. Pertama, ia sebagai kekuatan pressure untuk membuka ruang di
tingkatan demokrasi nasional dengan memberikan perlawanan yang meluas baik
antar GM maupun aliansi dengan sektoral. Kedua, ia di hadapkan pada
permasalahan pendidikan yang harus pula disikapi terutama permasalahan
industrialisasi kampus dan pendidikan politik mahasiswa. Hal yang paling
material dan dekat dengan yang dihadapi massa mahasiswa adalah masalah
pendidikan itu sendiri. Maka selain melakukan aliansi antar elemen GM di luar
kampus, juga harus menggalang aliansi dalam kampus untuk menyikapi permasalahan
pendidikan dan represifitas kampus yang akhir-akhir ini meningkat.
Pada sisi subyektif, pertama, basis massa harus digarap
secara serius dengan adanya sebuah organisasi yang secara intens dan sistematis
memberikan panduan perjuangan bagi kader-kadernya. Ini sekali lagi mempunyai
hubungan dialektis dengan agenda politik menyikapi kondisi obyektif, yaitu
bagaimana pembangunan kekuatan intersektoral merupakan sebuah bagian dari
penguatan konstituen massa. Kedua, adanya media konsolidasi pasca mahasiswa
untuk menjaga kesinambungan gerakan mahasiswa itu sendiri. Ini nantinya akan
menjawab kebutuhan level paling atas dari perangkat politik untuk kekuatan
perubahan.
Nah, sangat berat memang. Akan tetapi sebuah gerakan mesti
memakai pola perubahan yang terus menerus kontinu seperti ini karena kita
banyak belajar dari sejarah perubahan bahwa bagaimana pun perlu orang-orang
yang menjadi martir bagi perubahan yang didedi-
kasikan untuk pembebasan rakyat yang selama ini masih
terpinggirkan oleh sistem yang menindas selama ini.[1]
Gerakan mahasiswa (GM) harus mampu menjembatani dirinya
ketengah-tengah rakyat tidak menjadi jargon,
tidak juga menjadi patron tetapi bagaimana kemudian Gerakan Mahasiswa
menyuntikkan paha-
man-pahaman perubahan kepada elemen rakyat tertindas, demi
mendorong percepatan perubahan.
Karena gerakan mahasiswa yang dewasa adalah gerakan
mahasiswa yang dekat dengan rakyat, meresapi keluh kesah rakyat dan memberikan
pemahaman-pemahaman sebagai kelompok yang punya waktu luang untuk berfikir dan
belajar.
Tradisi dan gerak itulah yang jarang kita temui hari ini,
entah apa hasil refleksi dan evaluasi gerakan mahasiswa yang kemudian mampu
menemukan strategi taktik yang mampu mendorong kembalinya tradisi yang hilang
dan kecakapan bergerak yang progresif dan kontinu.
Aktivisme yang
Kebablasan
Setelah membaca Seri Mahasiswa Jaman Now : Perkara Tradisi
& Kegagapan Bergerak, mari kita mengevaluasi gerakan mahasiswa dengan
hal-hal yang perlu digaris bawahi sebagai salah-satu yang menjadi alasan
“ketidakmampuan” mengembalikan marwah gerakan mahasiswa yang sejati.
Sebelum saya lanjut ngoceh ada baiknya jika ikut mendukung
situs Ngemper! dengan ikut berkontribusi mengirimkan tulisan-tulisan dengan
beragam tema dan tidak lupa ngefollow Instagram @ngemperdotcom :D
Nah langsung saja, seperti apa gerakan mahasiswa yang
mengalami aktivisme yang kebablasan. Telah diterangkan sebelumnya, bahwasanya
tradisi mempengaruhi laju gerak gerakan mahasiswa, dan sebaliknya gerakan
mahasiswa yang massif dan progres (secara tidak langsung) melahirkan budaya dan
tradisi yang sejati. Lalu seperti apa tradisi yang diperlihatkan gerakan
mahasiswa kekinian, satu point yang kita garis bawahi ialah Hyper Aktivisme,
lalu seperti apa Hyper Aktivisme gerakan mahasiswa ?
Pertama apa itu Aktivisme ? menurut Wikipedia Aktivisme atau
kepegiatan terdiri dari upaya yang dimaksudkan untuk mengemukakan masalah
perubahan yang terkait dengan masyarakat, kuasa pemerintahan, tatanan
masyarakat, atau lingkungan. Kepegiatan dapat berupa penulisan surat kepada persuratkabaran
atau politikus, ka mpanye kuasa pemerintahan. Lagipula, kepegiatan tentang
tatanan masyarakat dapat berupa pemulauan (boikot) atau semena-mena menggurui
usaha dagang, unjuk rasa, pawai jalanan (street marches), mogok kerja dan mogok
makan (hunger strikes).
Hyper aktivisme Gerakan mahasiswa ialah sebuah penyakit
gerakan yang sudah ada sejak pertama kalinya ada kelompok pemuda atau
mahasiswa.
Jangan dianggap bahwa hyper aktivisme adalah sebuah nilai
besar bagi gerakan mahasiswa karena dianggapnya adanya peninggian aktivitas.
Melainkan (dan justru) hyper aktivisme dalam gerakan mahasiswa ialah sebuah
penyakit.
Lalu siapa sih mahasiswa yang bisa dikategorikan aktivis
mahasiswa ? memang sedikit sulit memberikan barometer atau karakteristik
tertentu pada individu atau kelompok sehingga ia bisa dikategorikan sebagai
aktivis. Saya sendiri menolak melekatkan kata itu di diri saya dan aktivitas
keseharian saya.
Bagi kebanyakan mahasiswa, Aktivis seringkali
disangkutpautkan dengan mahasiswa-mahasiswa yang terlibat dalam organisasi atau
mereka yang dekat dengan aktivitas diluar akademisi. Tetapi saat ini sedikit
sulit membedakan mana aktivis kampus dan mana selebritis kampus.
Aktivisme gerakan mahasiswa haruslah terlibat dalam
persoalan-persoalan yang tidak hanya ditemuinya di ruang lingkup kampus semata,
melainkan ikut melibatkan dirinya ditengah-tengah rakyat atau elemen diluar
dirinya, jangan dianggap itu sudah termasuk PKL dan KKN sebagaimana yang harus
dilalui menjelang penyusunan skripsi.
Lalu seperti apa kenyataan yang kita temui hari ini, gerakan mahasiswa tengah disibukkan dengan
seminar, talk show, porseni kampus, konser-konser kampus dll. tak lebih dari
gerakan event organizer atau yang (bagi gerakan buruh) menganggap
kerajinantanganisme, dan itulah salah satu bukti kongkret penyakit hyper
aktivisme gerakan mahasiswa. Gerakan yang telah membelot dari koridornya sebagai
bagian dari rakyat, gerakan yang telah kehilangan kendali atas gagasan-gagasan
yang ilmiah dan obyektif karena kesibukanya mengurusi proposal pen cairan dana
kegiatan atau kesibukan men-
cari sponsor di event-event yang tengah digagas.
Gerakan Mahasiswa
Kafetarian
Gerakan mahasiswa yang secara tidak langsung mengalami
kemunduran setelah gerakan rakyat dipukul mundur-dengan rentetan situasi
dinamis di akhir tahun 2012 sampai tahun 2015, bahkan hingga hari ini-tidak
lagi mampu mengembalikan posisinya. Ketidakmampuan itu bukan tidak beralasan, beberapa factor bisa
kita garis bawahi diantaranya ; kurangnya kemampuan membaca situasi dan kondisi
sebagai basis materil sebuah gerakan, terkikisnya gerakan alamiah, tradisi dan
budaya sebagaimana yang diterangkan pada seri pertama, selanjutnya para
penggeraknya tengah bercengkerama ria di meja-meja kantin dan kafe.
Tetapi kita akan menyikapi point ketiga yang mengasumsikan
gerakan mahasiswa tengah terhegemoni budaya baru, budaya mahasiswa kafetarian.
Sekali lagi hal ini hanya sebatas asumsi dan opini tentang gerakan mahasiswa
yang ikut tergerus oleh budaya parlente mahasiswa jaman now.
Menjamurnya kafe dan tongkrongan tongkrongan pada dasarnya
ikut membantu gerakan jika mampu ditempatkan tepat pada posisinya, artinya
sejauhmana ia dibutuhkan dan sesignifikan apa ia berkontribusi dalam menopang
gerakan mahasiswa. Budaya nangkring sebenarnya
sudah lama ada, bukan hanya di gerakan mahasiswa, di element lain pun
demikian. Tetapi perbedaannya ialah, budaya nangkring yang perlihatkan para
pendahulu ialah dengan menggunakannya sebagai wadah konsolidasi dan diskusi
progresif dalam menopang laju gerakan.
Artinya jika gerakan mahasiswa hari ini masih menjadikan
budaya nangkring sebagai budaya yang mampu berkontribusi positif pada gerakan,
mengapa harus dihindari, jika tempat tongkrongan atau kafe masih mampu menjadi
wadah diskusi ilmiah para penggerak dan pelopor, maka tentunya saya pun akan
terlibat dan ikut dalam lingkarang tersebut. Tetapi pertanyaannya kemudian
ialah, apakah benar demikian ? apakah budaya nangkring itu masih berkontribusi
positif pada gerakan mahasiswa hari ini dan kedepan ? itulah yang seharusnya
kita jawab bersama-sama, sebagai salah satu bahan evaluasi dan refleksi gerakan
mahasiswa di era millennial.
Arsain
*Pernah di Publish oleh ngemper.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar