Kata Maaf di Antara Sulawesi dan Jawa - Ngemper

Kata Maaf di Antara Sulawesi dan Jawa

Share This
Kata Maaf di Antara Sulawesi dan Jawa
Tiga buah buku
dua pasang baju dan celana
serta sebuah sajadah berlukiskan Ka’bah
menjadi isi di dalam ransel hitam di pundakku

Aku berjalan dengan lirikan tak terhenti
dari kanan ke kiri
 
kemudian melangkah ke Sebuah kapal besar yang akan Aku tumpangi
dan menyeberang dari Makassar ke tanah Jawa
Di kapal Aku berdiri dengan sebuah keyakinan,
angin kencang tak membuatku bersimpul lengan
walau sedari tadi telah merusak rapinya rambut hitamku

Dua hari dua malam di laut lepas
memberiku sebuah arti dari jalan yang Aku pilih.

Sendu ku dalam hati
dan bisikku di antara waktu

“maaf Bu’.... inilah jalan hidupku
aku melangkah bukan karena paksaan
tapi nuraniku yang meyakinkan
Apa yang menjadi tujuanku
memang tak seperti dengan apa yang kau harapkan
karena aku sedang melangkah kesebuah
tempat dimana banyak mayat berserakan
karena sebuah pengorbanan
dan kemudian damai dalam sebuah kebenaran

Engkau akan bangga
ketika tahu apa yang sebenarnya Aku tuju,
walaupun sulit untuk meyakinkanmu
karena ilusi dan racun peradaban
sudah menelan jiwa serta pikiranmu

Jika kelak aku pulang,
terima Aku seperti anakmu
yang masih berumur enam tahun yang lalu
namun jika ku tak pulang,
jangan anggap Aku telah hilang
karena suratku lah yang akan datang
dengan sebuah tulisan sayang
dan cinta kepadamu

Bu’.... Jenguk ia yang mungkin sedang menangis di kamarnya
ia yang terus memandangi lukisan wajahku,
sebuah lukisan yang ku beri padanya
menjelang perpisahan kami berdua
ia kekasihku yang ku tinggalkan jua

Bu’.... sampaikan pada Ayah
dan juga kepada kerabat maupun tetangga
bahwa, aku pergi bukan untuk menyianyiakan hidup
tapi pergi atas sebuah panggilan tugas yang mulia
panggilan itu sudah lama ku dengar
yah Aku dengar, karena panggilan itu adalah
suara tangis Rakyat kecil dari bawah jurang penindasan

Tangisan seorang bapak berjalan menyusuri jalan
mencari sesuap nasi untuk anak dan isterinya
yang menunggu dirumah
tangisan seorang ibu yang warungnya
telah di gusur oleh penguasa tanpa ganti rugi
tangisan seorang adik
karena hanya meminum air beras sebagai pengganti
susu sapi yang tak terbeli
tangisan seorang kakak yang di larang sekolah oleh penguasa
hanya karena ia orang yang tak berada.

Bu’.... jika suatu waktu kau melihatku di televisi
entah aku sedang berdarah atau mungkin sedang berdasi
dan kemudian banyak orang yang mulai bertanya tentang sosokku

Katakan saja bahwa aku lah anakmu
yang telah jauh di tanah jawa
aku lah yang relah meninggalkan keluarga
demi merubah tangisan menjadi sebuah canda dan tawa
aku lah yang rela meninggalkan nikmat dan gemerlapnya hidup
hanya karena hidup orang lain tak segemerlap hidupku

Dan ketika masih ada yang bertanya
katakan saja bahwa
akulah anakmu, sang pejuang pembebasan manusia yang agung”

Rindu dan cinta
akan ku kirim lewat do’a di setiap sujudku,
itu bukan janjiku
tapi kewajibanku

Jauh sudah Namamu tertulis dalam hatiku
dan wajahmu terlukiskan di dalam pikiranku
harus kau tahu....
semua itu lah yang akan menemaniku
di setiap jejak langkah di sisa hidupku

Sekali lagi Maaf Bu’....
inilah jalan hidup yang ku tempuh
dan terima kasih telah melahirkan hingga membesarkanku.


Oleh : AR Ame'


 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar